Sunday, January 15, 2012

Resep dan Uang Muka

judulnya gak nyambung yahh?..biarin...soalnya mau cerita dua-duanya

Dulu waktu aku masih kelas 6SD, tetangga ibuku saran daripada main terus pakai waktu main untuk sesuatu yang manfaat. Diajaklah kami yang unyil-unyil ini mencoba resep. Cari resep yang mudah dipraktekkan sama anak kecil. Kejadian ini gak pernah aku lupa, kami pilih-pilih resep, jatuh pilihan ke cake zebra kukus..fotonya cakeep banget. Begitu kami praktek, semua sudah dikerjakan sesuai apa yang dijelasin di resep itu, ternyata gagal...selidik punya selidik gak taunya akhir resep bilang cakenya dioven, sementara cakenya kami kukus, Huwaaaaa...pikir pasti gara-gara ini nih gagalnya. Besoknya masih semangat coba lagi tuh pakai resep yang sama tapi dioven...lagian lucu juga ya, namanya Cake Zebra Kukus tapi kok malah di oven :s

Mau tau lanjutannya? cake itu tetap gagal meskipun dioven :(...ya sudah, pasrah cari resep yang lain. Wong udah nyoba ketiplek tetap salah...resepnya kami buang deh hihihi...Nah, kalau sekarang bagaimana? Resep kan banyak dan berhamburan, bisa ambil dari majalah, tabloid atau buku resep banyak juga yang dimuat di internet atau blog. Untuk aku yang masih belajar penting banget buat tahu bagaimana resep yang bagus yang bisa dicoba.

Pertama banget buatku...perhatikan fotonya, kalau resepnya bagus kemungkinan besar resepnya juga bagus. Cari foto yang bagus dan menarik *kalau ini aku belum bisaaaa. Perhatikan deh, pemilik blog akan bercerita panjang lebar bahkan biasanya disertai tips dan trik di dalam blognya itu. Biasanya kalau sudah begitu, aku gak ragu untuk mencoba. Selain itu resep-resep yang ada di situs masak yang terkenal juga lebih lengkap karena disertai videonya...resep-resep yang ada dalam situs tersebut buat aku (sependek yang aku tau..) sudah paten alias sudah tidak perlu modifikasi. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengurangi jumlah takaran gula...ini menurutku loooh...soalnya di beberapa resep yang aku baca takaran gula kue-kue yang berasal dari luar itu terlalu maniiiiiiiiis.

Kedua, semakin banyak isi resep di blog itu tandanya semakin banyak si pemilik blog melakukan ujicoba resep, jadi tambah yakin kaan?...Alhamdulillahnya setelah banyak aku lihat blog sana sini semua menampilkan hasil karya yang terbaik dari dapurnya dan bagi-bagi ilmu. Jadi akupun semakin senang lama-lama di depan komputer...alias kalau lagi semangat coba resepnya kambuh jadi gawat deh lihat blog cakep-cakep begituh P hiyaaahhh....kabuuur...wakakakaka

Lanjut ngobrolin DP atau uang muka...
Buat amatir seperti aku, DP nih terkadang dikesampingkan. Dianggap sepele karena yang pesan kue juga ruang lingkupnya masih kecil, keluarga sendiri atau teman yang sudah kita kenal. Kita yang terima pesanan juga kadang rikuh, serba salah, gak enak buat minta DP ya kan? kuatirnya nanti malah dipikir jelek misal..."pastilah gue bayar", "emang ada tampang gue nipu?". Bukan..bukan itu... Sedikit ya aku paparkan di sini. Sewaktu pertamakali blog walking, tata cara pemesanan inilah yang menggelitik. Tulisan ini umumnya ada di bagian kanan, jelas semua tatacaranya. Sebagai pembuat kue profesional wajar sekali, untuk kejelasan. Selain fungsinya yang sebagai pengikat, DP juga berfungsi menerangkan sedikit kredibilitas pemesan-lah, bisa dipercaya-lah. Gitu ya..? *nanya sendiri.

Trus bagaimana dengan aku?...kemarin-kemarin mikirnya masih ah gak perlu, gak usah, gak enak...toh nanti juga dibayar kalau kuenya diambil. Trus kenapa aku berubah? karena aku sudah mengalami gak enaknya jualan tanpa DP. Sebutlah seseorang memesan makanan ke aku *tidak disebutkan, gak etis dan juga UU-ITE :p aku iyain donk...aku sudah kenal meskipun gak dekat, trus aku buat deh...tapi pesanannya gak kunjung diambil, dan itu tanpa kabar...sampai saat aku tulis di sini. Aku mengikhlaskan...eh,eh...gak cuma ini...ada sekuelnya, bersambung deh kayak film trilogi huwaaaaa...nasiiib :( *meskipun yang pesan bukan orang yang sama

Mulailah aku kepikir untuk menerapkan DP, seberapapun kecil jumlah pesanannya. Bukan alasan sombong atau sok gaya profesional. Bukan!, buka itu...tapi kerja jadi jelas kan?...bayangkan saja kita sudah capek-capek bikin makanan, menyisihkan sebagian uang untuk beli keperluan bahan, menyisihkan waktu, tenaga juga...mengesampingkan hal lain yang mungkin itu juga penting tapi ditunda dulu demi dia...*yang juga mungkin si pemesan gak tau aja kalau kita sudah memprioritaskan dia demi mengerjakan pesanannya itu. Tapi ketika pesanannya sudah jadi trus gak diambil begitu..? Buat pemesan sih gak ada masalah kan gak nanggung rugi yang rugi secuil pun, dia gak kasih DP...gak kasih kabar juga gak rasa salah tuh, tapi buat bakulnya...??? Dan lagi makanannya harus diapaiiiiiin...? dimakan sendiri padahal sudah blenek??, dikasih orang??...mungkin itu satu-satunya jalan keluar meskipun (maaf) kadang disertai rasa campur aduk gimana deh, *bukan gak ikhlas ngasihnya. Memang kita perlu berpikir baik, makanan yang gak jadi diambil itu bisa digunakan sebagai pengikat silaturahmi, dengan demikian tidak ada yang terbuang. Tapi coba pikir lagi..kalau hal ini bolak balik terjadi...? *jawab sendiri hehehe waaah, alamat bakul kuenya tutup toko cepet-cepet ...

Menghindari terulang kejadian di atas, aku memlilih menerapkan uang muka atau DP mulai sekarang...supaya menjadi IDP *Indah Pada Waktunya hehehe...Meskipun masih skala rumahan banget yang kadang pesanan on-of ya gak pa pa, kan melatih kita kalau nanti ke depannya ada pesanan banyak, siapa yang tahuuuuu.. DP untuk membangun kepercayaan di kedua belah pihak. Gak perlu ada yang merasa terbebani...dengan demikian transaksi jual beli menjadi lebih enak dan silaturahmi pun menjadi lebih baik...*kan juga jadinya enak, gak punya hutang. Mengutip kalimat seorang senior perkuehan dalam milis yang aku baca bahwa "hal-hal buruk lebih gampang menyebarnya..."





0 comments:

Post a Comment

 

Dapurnya Ayu Copyright © 2012 Design by Ipietoon